Jumat hingga Minggu di akhir Agustus 2015 saya dapat tugas memprovokasi para penggiat baru dunia entrepreneur di dua kota..
Seru! Hehe
SURABAYA
Sesi 1 Jumat Pagi seminar saya untuk 40 pensiunan salah satu Bank BUMN dari area Bali, NTT dan Lombok. Para bankir veteran, tentu saya tidak langsung membahas soal riba, hehe.. Saya menuntunnya dengan kisah dan ajakan untuk tidak berhutang lagi, mulai berbisnis di hari tua tanpa "kemrungsung", gak usah ngoyo ke bank cari pinjaman, bebaskan dari segala macam hutang dunia yang dulu sangat dekat dengan pekerjaan mereka.
Kisah pak Edi, usai pensiun tahun lalu dan ikut seminar saya di Jogja. Dia langsung action berkebun buah naga. Membangun 120 patok dari cor semen tempat merambat buah naga. Lahan yang digunakan di dekat rumahnya yang dia beli beberapa tahun lalu. Bulan lalu sudah penen perdana, dan pohon-pohon lainnya sudah mulai tumbuh besar.
"Saya menikmatinya mas.. Bangun tidur, subuhan, lalu ke kebun, merawat tanaman-tanaman itu, sampai menjelang siang baru pulang ke rumah.. Sholat, istirahat sampai sore, besok pagi begitu lagi, sambil menunggu buah naga panen"
Waah..
Sesi 2 Jumat siang gantian dari area Malang, Banyuwangi, Jember, Madiun, ada sekitar 40 orang juga. Seorang ibu dan suaminya saya minta ke depan, apa yang sudah mereka lakukan di masa pensiun.
"Kami sudah membeli tanah mas beberapa tahun yang lalu, pelan-pelan kami membangun kos-kosan 14 kamar. Kami baru pensiun 3 bulan lalu, namun kos itu sudah mulai beroperasi sejak awal tahun lalu. Dua bulan pertama hanya laku 3 kamar, saya bingung bagaiman memasarkan kos-kosan ini. Terus saya minta anak saya promosi lewat internet, karena saya tidak tau caranya. Dia memasang foto kos di o el lex.. (Hehe), dalam sebulan mas kos saya langsung penuh! Sekarang tiap bulan kami bisa menerima bersih sekitar 5 juta dari bisnis kos ini.."
Saya mengarahkan, memang di usia sudah 55 ke atas jika terjun ke dunia bisnis dicari bisnis yang tidak terlalu memakan energi. Masuk ke perkebunan dan peternakan dengan mengajak kerjasama petani lokal, jasa cuci mobil yang bisa ditunggui sambil mengaji atau sesekali nonton TV... Dan tentu bisnis kos-kosan tetap favorit untuk mereka.
Tidak ada kata terlambat untuk berbisnis di usia 50 tahunan. Colonel Sanders membangun KFC di usia 60 malah, Ray Crock mengembangkan McD di usia 53 tahun, Ciputra ekspansi ke luar negeri di usia 50 tahun, Titik Puspa bahkan memulai bisnis catering di usia 56 tahun.
Bagian akhir seminar saya selalu mengajak mereka untuk mengejar hidup yang bermanfaat. Punya bisnis, tapi hasilnya banyakin untuk berbagi ke sesama, itulah esensi hidup manfaat. Bukan hanya soal materi, tapi jadikan bisnis untuk ladang mengumpulkan bekal di akherat. Kisah-kisah dan video yang saya tayangkan biasanya sudah bisa membuat mereka menangis di akhir acara, dan menggenggam erat tangan saya ketika seminar usai waktunya.
BOJONEGORO
Kota minyak di Jawa Timur, 4 jam dari Surabaya. Sabtu dan minggu saya bertugas memprovokasi para pengusaha lokal, mitra binaan perusahaan minyak Exxon Mobil, perusahan yang ikut mengeksplorasi minyak di blok Cepu bareng Pertamina. Dari jauh tampak cerobong-cerobong minyak yang terbakar ujungnya, tanah yang isinya mahal harganya, namun panas udaranya ampun membakar kulit kepala..
Hari pertama dua jam seminar begitu antusias, saya ajak mereka berinteraksi dengan kisah bisnisnya. Adalah Gito, masih muda yang punya warung nasi goreng di dekat pasar desa.
"Hayoo.. Piro omzetmu sekarang to?" Tanya saya di depan semua peserta.
"1,5 juta mas sehari!" Jawabnya semangat
"Wuik.. Sudah berapa lama kamu jualan?"
"Sudah lima tahun mas, pakai tenda kaki lima dan lesehan, gratis gak bayar sewa tempat"
"Kalo sebulan omzetmu berarti sudah 45juta dong! Hebat kamu.. Berapa untungnya to?"
"Rahasiaaaaa..." Peserta langsung tertawa
"Yo wis, kamu dapat 10% nya aja dah 4,5juta sebulan, kalo 20% kamu dah dapat 9 juta sebulan... Josss Gwandoss!!"
Si Gito langsung mrengesss saja..
Saya bertanya lagi,
"Dulu diawal jualan sehari berapa omzetmu?"
"Kadang 100 ribu, kadang 150 ribu mas"
"Kenapa kamu gak tutup saja? Gak untung kan?"
"Ya bisnis kan harus ditekuni mas, buktinya 5 tahun saya bertahan karena makin banyak pelanggan yang datang"
Yesss!! Itulah Gito.. Penjual nasi goreng dari dusun Gayam di Bojonegoro, tekun! Tekun! Tekun! Banyak yang tidak memiliki ini ketika mereka jadi pengusaha.. Baru hitungan bulan sudah loyo, pelanggan baru sedikit bukannya kerja keras menambah pelanggan, malah memilih menutup usaha dan memutus hubungan dengan semua pelanggan.. Hasil survey, dari 100 usaha yang dibuka hari ini hanya 20% yang bertahan di tahun pertama. Dari yang 20% itu, rata-rata yang bertahan di tahun ke lima juga hanya 20%nya.. Sisanya 80% musnah tak bersisa.. Bangkrut, tutup..
Hari Kedua makin seru, Exxon Mobil bisa mengumpulkan mereka dari berbagai wilayah di daerah Gayam. Sebagian punya usaha yang sudah berjalan, sebagain lagi ada yang belum memulai.
Kisah mas Aris dari salah satu kecamatan di Bojonegoro menarik, dia tinggal di pelosok berdekatan dengan kabupaten Nganjuk. Bisnisnya adalah beternak cacing tanah. Binatang yang dianggap menjijikkan tapi kalo dikelola dengan benar jadi bisnis yang menjanjikan.
"Cacing ini sangat dibutuhkan untuk dunia farmasi dan kosmetik, permintaan dari kota-kota di Jawa saja belum terpenuhi semua. Saya dapat pesanan 10 ton hanya mampu melayani 1 ton cacing dalam 3 bulan, harga 1 kilogram 60.000, sekali panen saya bisa dapat omzet 60 juta. Walau saya tinggal di desa, saya memilih jadi petani cacing saja, daripada harus kerja keluar negeri jauh dari keluarga.."
Mmmm... Gagah! Eksis walau tinggal di desa..
Pertanyaan peserta tentang mengelola dua bisnis berbeda saya jelaskan, bahwa minimal harus ada SOP walau sederhana.. Standar Operasional Prosedur. A sampai Z di bisnis kita dari produksi hingga pelayanan dicatat dan diajarkan pada karyawan kita sampai sistemnya berjalan maksimal walaupun pas kita kita tidak datang.
Cara praktek SOP kepada karyawan:
1. Aku lakukan kamu melihat
2. Kamu melakukan aku melihat
3. Kamu melakukan aku tidak melihat
Level 3 itu yang paling Josss Gwandoss!! Kalo sudah berjalan dan terbukti usaha tetap eksis walaupun ditinggal maka bisa jadi tanda sistem usahanya juga sudah bisa diikuti oleh semua karyawan.
Bojonegoro masih meleleh langitnya ketika minggu siang tepat jam 12 seminar saya tutup..
SEKALI MENDAYUNG SEMUA PULAU DIDUDUKI..
Hehe, sekali jalan bisa menjalin banyak silaturahmi. Di Surabaya saya mampir ke Rumah Singgah #SedekahRombongan (RSSR) di daerah Semampir Selatan. Bertemu dengan para kurir relawan, orang-orang baik yang mewakafkan waktunya membantu sesama. Dibawah komando Shelgy Prasetyo, tim Surabaya makin eksis. Rumah singgah kemarin dihuni oleh 4 pasien, ada yang lehernya sudah dibolong karena kanker, dengan sabar mereka merawat mereka. Ngobrol sore dengan mereka saling memberi semangat untuk terus menggerakan #SedekahRombongan ini bersama-sama...
Perjalanan pulang dari Bojonegoro saya juga mampir ke Rumah Singgah #SedekahRombongan Solo di daerah Adi Sumarmo. Bertemu Lastiko Hari Murti dan para kurir relawan, banyak yang masih mahasiswa juga bareng-bareng mewakafkan waktunya, bergantian jadi sopir ambulance, jadi pendamping di rumah sakit, antar jemput pasien. Bahu membahu, tanpa digaji tapi berburu ridho ilahi. Pas datang ambulance dari Purworejo mengantarkan Indra, baru 6 tahun yang terkena leukimia, kanker darah yang harus membuatnya di kemotherapi 2 tahun lamanya.
Semua bergerak! Cari muka di depan Tuhan..
Empat hari yang istimewa, saya bertemu ratusan orang yang menambah pengalaman dan ilmu..
Makin terasa bodoh dan kurang ilmu, bahwa dunia ini begitu luassss..
sayang jika hanya dilewatkan sia-sia karena sifat bernama malasss..
@Saptuari
1 comments so far
menarik Kak, terimakasih atas inspirasinya...
Aplikasi Kasir Warung
EmoticonEmoticon